Synopsis Gundik (2025)


GUNDIK: KUTUKAN YANG TAK TERHINDARKAN


Di balik kecantikannya yang memikat, seorang gundik menyimpan rahasia kelam yang lebih tua dari sejarah. Jangan coba-coba mengusiknya, jika tak ingin mendapat nasib yang lebih buruk dari kematian.

Film terbaru karya Anggy Umbara, Gundik, membawa penonton ke dalam kisah crime, action, dan horor yang tak hanya memacu adrenalin, tapi juga menghadirkan humor selengean khas sang sutradara. Ini bukan sekadar kisah perampokan biasa—ini adalah perjalanan menegangkan menuju kengerian yang tak bisa dibayangkan.

SINOPSIS & ALUR CERITA

Babak 1: Perencanaan yang (Tadinya) Brilian
Jaka (Maxime Bouttier) dan tiga kawannya—Reza (Agus Kuncoro), Togar (Arief Didu), dan Wisnu (Dian Sidik)—merasa mereka adalah perampok paling cerdas di kota ini. Mereka mendapatkan informasi bahwa di sebuah rumah tua peninggalan kolonial, seorang nyai simpanan pejabat kolonial menyimpan harta karun tak ternilai. Rencana mereka sederhana: masuk diam-diam, ambil harta, dan kabur sebelum ada yang sadar.

Mereka mengamati rumah itu selama berminggu-minggu. Tidak ada penjaga, tidak ada tanda-tanda bahaya. Hanya seorang wanita cantik bernama Nyai (Luna Maya) yang tinggal di dalamnya bersama seorang mucikari tua misterius (Yati Surachman). Mereka mengira ini pekerjaan mudah.

Babak 2: Ketika Malam Menjadi Terlalu Sunyi
Malam eksekusi tiba. Dengan penuh percaya diri, mereka menyelinap masuk. Tapi ada yang aneh. Rumah itu terlalu sunyi, bahkan lebih sunyi dari seharusnya. Aroma dupa yang menyengat memenuhi udara, lantai kayu tua berderit meskipun tak ada yang melangkah, dan bayangan-bayangan aneh berkeliaran di sudut mata mereka.

"Ah, paling juga perasaan doang," kata Togar, sambil nyengir. Mereka lanjut ke dalam, menuju ruang penyimpanan di mana mereka yakin emas dan permata tersimpan.

Tapi, saat mereka menyentuh satu peti kayu besar... BAM! Pintu ruangan tertutup sendiri. Suara tangisan lirih terdengar dari lorong gelap. Dan yang paling bikin bulu kuduk berdiri? Ada suara langkah kaki—tapi tidak ada siapa pun di sana.

Babak 3: Sosok di Balik Kegelapan
Reza, si skeptis, mulai kehilangan akal sehatnya. "Ini... ini bukan normal, bro. Kita keluar aja, gimana?"

Tapi sudah terlambat. Dari bayangan muncul sosok wanita bergaun putih panjang, dengan wajah yang tidak sepenuhnya manusia. Matanya kosong, kakinya tidak menyentuh tanah, dan dia berbisik dengan suara yang membuat darah membeku: "Kalian mengusik yang seharusnya tidak boleh diusik..."

Togar yang biasanya paling berani langsung kabur, tapi tiba-tiba tubuhnya terpental seperti dilempar oleh sesuatu yang tak terlihat. Jaka mencoba menariknya, tapi tangan Togar mulai membusuk dengan cepat, seolah waktu berjalan ribuan tahun hanya dalam hitungan detik.

"WOY! INI APAAN?!" Wisnu berteriak panik.

Babak 4: Rumah Ini Bukan Sekadar Rumah
Ketakutan mulai merayapi mereka. Nyai yang mereka kira hanya seorang wanita lemah, ternyata bukan manusia biasa. Ia adalah penguasa lautan selatan, penjaga kutukan yang sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka.

Rumah ini bukan rumah biasa—ini adalah penjara bagi roh-roh yang telah dikutuk. Dan sekarang, mereka juga terperangkap di dalamnya.

Satu per satu dari mereka mulai mengalami kejadian mengerikan:
  • Reza melihat bayangan dirinya sendiri di cermin... tapi bayangan itu tersenyum licik, sementara dirinya sendiri diam membeku ketakutan.
  • Wisnu mendengar bisikan di telinganya, semakin lama semakin keras, hingga akhirnya ia menyadari... suara itu berasal dari dalam kepalanya sendiri.
  • Togar yang tangannya sudah membusuk kini melihat tangannya bertambah panjang dan berubah menjadi sesuatu yang tidak manusiawi.

Jaka, satu-satunya yang masih bisa berpikir jernih, menyadari satu hal: mereka tidak boleh melawan. Mereka harus mencari jalan keluar tanpa melawan kehendak Nyai.

Babak 5: Kutukan Tak Bisa Dipecahkan, Tapi Bisa Ditipu
Setelah berbagai peristiwa mengerikan, Jaka menemukan petunjuk dalam sebuah buku tua yang tergeletak di meja rias Nyai. Isinya menjelaskan bahwa siapa pun yang memasuki rumah ini dengan niat serakah, akan menjadi bagian dari kutukan. Tidak ada yang bisa keluar... kecuali mereka bisa mengakali kutukan itu.

Tapi bagaimana?

Mereka mencoba berpikir cepat. Jika mereka bisa meyakinkan Nyai bahwa mereka bukan perampok, atau bahwa mereka datang dengan niat lain, mungkin ada harapan.

Jaka mulai berbicara langsung kepada Nyai. "Kami tidak ingin emasmu. Kami hanya... ingin selamat. Kami tidak tahu tentang kutukan ini. Tolong lepaskan kami."

Nyai hanya tersenyum. "Apakah kau benar-benar berpikir bisa menipu seorang yang sudah ada selama ratusan tahun?"


Jaka menelan ludah. "Ya... setidaknya, kami harus mencoba."

Babak 6: Pengorbanan Terakhir
Mereka akhirnya mengerti. Seseorang harus tinggal—harus menjadi bagian dari rumah ini, sebagai ganti jiwa-jiwa yang sebelumnya telah terperangkap.

Siapa yang akan mengorbankan diri?

Setelah perdebatan sengit, satu orang akhirnya memilih untuk tetap tinggal, sementara yang lain berusaha keluar. Keputusan itu tidak mudah, tapi itulah satu-satunya jalan.

Mereka yang berhasil kabur tidak akan pernah melupakan malam itu. Dan yang tertinggal... hanya bisa menatap dengan pasrah saat pintu rumah tertutup selamanya. 

PENUTUP
"Gundik" bukan sekadar film horor biasa. Ini adalah perjalanan tentang keserakahan, pengkhianatan, dan kutukan yang tak bisa dihindari. Dengan elemen horor yang mencekam, aksi yang mendebarkan, dan humor selengean khas Anggy Umbara, film ini menjanjikan pengalaman yang tak terlupakan.

Catat tanggalnya! 22 MEI 2025!

Jangan sampai ketinggalan. Karena siapa tahu, setelah menonton film ini... kamu mulai mendengar bisikan di dalam rumahmu sendiri.


Posting Komentar

0 Komentar